Pages

Tampilkan postingan dengan label ibu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibu. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Juli 2013

Kasih Sayang Seorang Ibu

Cucianmu sudah ibu cuci, Ni!? Kata ibuku ketika aku baru saja sampai di rumah. Aku segera beranjak memasuki kamarku dan melihat tempat cucian kotorku sudah kosong. Ah ibu, aku berusaha pulang cepat hari ini agar aku bisa mencuci baju-baju kotorku. ?Ibu tahu, kamu pasti lelah?. Aku hanya bisa tersenyum memandangi wajah renta ibuku.Diusianya yang lewat setengah abad, ibuku termasuk wanita yang sehat. Beliau masih mampu mencuci baju semua anggota keluarga. Bukan berarti kami malas mengerjakannya tapi karena ibuku punya kebiasaan unik yaitu tidak bisa melihat barang-barang kotor. Tangannya langsung bergerak membereskan apa saja yang tidak sedap dipandang.
Apa ibu nggak cape jika tiap hari selalu beres-beres, aku menggaji orang saja ya biar ibu bisa istirahat? kataku suatu hari. Ibu memandangku, ?Kamu nggak suka ya kalau bajumu ibu cucikan?. ?Aku sayang sama ibu, aku nggak tega melihat ibu bekerja keras tiap hari?, aku berusaha membujuknya untuk menerima saranku. ?Ibu senang kalau diusia ibu sekarang, ibu masih mampu mengurusmu, mencucikan pakaianmu dan adikmu atau menyiapkan sarapanmu tiap pagi?. Yah..aku tak pernah lupa, jika hari libur kantorku hari sabtu dan minggu, ibu selalu menyiapkan nasi goreng daun mengkudu dan telor ceplok kesukaanku.
Aku ingat sebuah pepatah ?Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu? . Aku termenung sendirian dikamarku, diusiaku yang beranjak dewasa, aku merasa belum pernah sekalipun membahagiakannya. Pernah suatu kali, aku membelikan pakaian untuknya, tapi ibuku malah balik bertanya ?Kamu sendiri beli nggak? Kalau kamu nggak beli, baju ini untuk kamu saja. Baju ibu masih banyak kok?, ibuku tak mau menerima. Esoknya aku beli baju lagi agar ibu mau menerima pemberianku.
Ibu sudah bahagia melihat anak-anak ibu berhasil? kata beliau suatu kali ketika aku menanyakan apa yang bisa aku perbuat untuk membuatnya bahagia. ?Melihat kamu dan kakak-kakakmu bisa mencari uang sendiri dan kamu bisa rukun dengan saudara-saudaramu, itulah kebahagian ibu? Aku teringat kakak-kakaku, alhamdulillah mereka semua sudah mempunyai penghasilan sendiri, hanya adikku yang masih kuliah.
Kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang hayat . Apapun yang sudah kita buat belum apa-apa dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang telah diberikan pada kita.Ya Alloh , curahkan kasih sayang-Mu pada kedua orang tuaku, teramat khusus untuk ibu. Allahummaghfirlanaa wali-waalidainaa warhamhumaa kamaa rabbayanii shaghiiraa. Amiin
Untuk Ibunda tercinta, I always love you.
Read more ...

Minggu, 24 Februari 2013

Kebohongan Ibu



Renungan HarianSeorang ibu dalam hidupnya membuat  kebohongan.
1. Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, “Cepatlah makan, ibu tidak lapar.”
2. Waktu makan, Ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, “ibu tidak suka daging, makanlah, nak..”
3. Tengah malam saat  dia sedang menjaga anaknya yang sakit, Ia berkata,”Istirahatlah nak, ibu masih belum ngantuk..”
4. Saat anak  sudah tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk ibu. Ia  berkata, “Simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang.”
5. Saat anak sudah sukses, menjemput ibunya untuk tinggal di rumah besar, Ia lantas berkata, “Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggal di sana.”
Saat menjelang tua, ibu sakit keras,  anaknya akan menangis, tetapi ibu masih bisa tersenyum sambil berkata, “Jangan menangis, ibu tidak apa apa.” Ini adalah kebohongan terakhir yang dibuat ibu.
Tidak peduli seberapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, ibu selalu menganggap kita anak kecilnya, mengkhawatirkan diri kita tapi tidak pernah membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya.
Semoga semua anak di dunia ini bisa menghargai setiap kebohongan seorang ibu yang sebenarya bukanlah suatu kebohongan tapi cinta dan pengorbanan kepada anak yang sangat dicintainya….karena beliaulah sosok nyata yang dikirim TUHAN untuk menjaga kita. I Love You, Mom
Read more ...

kisah nyata pengorbanan Ibu terhadap anaknya

Ini adalah kisah nyata Pengorbanan Ibu selama Gempa Jepang. Setelah Gempa itu mereda, ketika tim penyelamat mencapai reruntuhan rumah seorang wanita muda, mereka melihat mayatnya melalui celah-celah. Tapi entah bagaimana posenya aneh bahwa dia berlutut seperti orang yang menyembah; tubuhnya condong ke depan, dan dua tangan memegang suatu benda. runtuhan rumah telah jatuh mengenai punggung dan kepalanya.

Dengan begitu banyak kesulitan, pemimpin tim penyelamat meletakkan tangannya melalui celah sempit di dinding untuk mencapai tubuh wanita. Dia berharap bahwa wanita ini bisa masih hidup. Namun, tubuh dingin dan kaku menyatakan bahwa dia telah meninggal . Dia dan seluruh tim meninggalkan rumah ini dan akan mencari bangunan runtuh berikutnya.

Untuk beberapa alasan, pemimpin tim terdorong oleh suatu kekuatan yang menariknya untuk kembali ke rumah wanita yang sudah meninggal tadi. Sekali lagi, dia berlutut dan melalui celah-celah sempit untuk mencari ruang kecil di bawah mayat. Tiba-tiba, ia berteriak dengan anak kegembiraan, "A! Ada seorang anak! "Seluruh tim bekerja bersama-sama; dengan hati-hati mereka menyingkirkan tumpukan benda-benda rusak di sekitar wanita mati. Ada seorang anak kecil berusia 3 bulan terbungkus dalam selimut bunga di bawah mayat ibunya.

Jelas, wanita itu telah membuat pengorbanan besar untuk menyelamatkan anaknya. Ketika rumahnya jatuh, ia menggunakan tubuhnya untuk menjadi tameng untuk melindungi anaknya. Anak kecil itu masih tidur pulas ketika pemimpin tim mengangkatnya. Dokter medis datang dengan cepat untuk memeriksa anak kecil. Setelah ia membuka selimut, ia melihat sebuah ponsel di dalam selimut. Ada pesan teks pada layar. Dikatakan, "Jika kau dapat bertahan hidup, kau harus ingat bahwa aku mencintai Engkau." ponsel ini kemudian berkeliling dari satu tangan ke tangan lain. Setiap orang yang membaca pesan tersebut menangis. "Jika kau dapat bertahan hidup, Anda harus ingat bahwa aku mencintaimu." sungguh ini adalah kasih ibu untuk anaknya!

[Image: Cinta+Sejati++Seorang+Ibu.jpg]

Artikel Aslinya dalam bahasa inggris :

This is a true story of Mother’s Sacrifice during the Japan Earthquake. After the Earthquake had subsided, when the rescuers reached the ruins of a young woman’s house, they saw her dead body through the kracks. But her pose was somehow strange that she knelt on her knees like a person was worshiping; her body was leaning forward, and her two hands were supporting by an object. The collapsed house had crashed her back and her head.

With so many difficulties, the leader of the rescuer team put his hand through a narrow gap on the wall to reach the woman’s body. He was hoping that this woman could be still alive. However, the cold and stiff body told him that she had passed away for sure. He and the rest of the team left this house and were going to search the next collapsed building.

For some reasons, the team leader was driven by a compelling force to go back to the ruin house of the dead woman. Again, he knelt down and used his had through the narrow kracks to search the little space under the dead body. Suddenly, he screamed with excitement,” A child! There is a child! “ The whole team worked together; carefully they removed the piles of ruined objects around the dead woman. There was a 3 months old little boy wrapped in a flowery blanket under his mother’s dead body.

Obviously, the woman had made an ultimate sacrifice for saving her son. When her house was falling, she used her body to make a cover to protect her son. The little boy was still sleeping peacefully when the team leader picked him up. The medical doctor came quickly to exam the little boy. After he opened the blanket, he saw a cell phone inside the blanket. There was a text message on the screen. It said,” If you can survive, you must remember that I love you.” This cell phone was passing around from one hand to another. Every body that read the message wept. ” If you can survive, you must remember that I love you.” Such is the mother’s love for her child!!

jadi sedih betapa sayangnya seorang ibu kepada seorang anak :(
Read more ...

Cinta Sejati Seorang Ibu


Kasih Sejati Seorang Ibu [wargatama.blog.com]
"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang kearah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga.
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak sambil berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Iapun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.
Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.
Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah.
Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia
mengorbankan ini semua padaku, ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."
Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga.
"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati.
Renungan :
Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.
Read more ...

Ibu yang Tidak Mau Menyakiti Anaknya


Pada suatu waktu, seorang ibu muda membawa anaknya yang masih bayi ke tempat kolam pemandian umum. Setibanya di sana, ia memandikan anaknya, memakaikan baju dan membaringkannya di tepi kolam itu. Si ibu muda itu juga ingin mandi. Ia lalu turun ke kolam, anaknya berbaring sendirian di tepi kolam.
Seorang wanita melewati jalan di tepi kolam, ketika ia melihat bayi yang sedang terbaring sendirian, ia tertarik dan berhenti, memperhatikan bayi mungil itu dengan seksama.
Melihat ibunya yang sedang mandi, wanita itu berkata : “Saudariku, saya senang melihat bayimu ini. Bolehkah saya memegangnya sebentar saja?”
Si ibu muda tidak melarangnya.
Kemudian wanita itu bertanya lagi :
“Bolehkah saya menggendong bayi ini?”
Ibu muda itu menjawab : “Boleh saja, silahkan.”
Wanita itu menggendong bayi itu sebentar, lalu dengan segera ia membawa anak itu pergi.
Si ibu muda yang melihat anaknya dibawa pergi oleh wanita itu, cepat-cepat keluar dari kolam dan mengejar wanita yang membawa bayinya itu. Ibu muda itu lalu menarik tangan wanita tersebut dan meminta bayinya, wanita itu tidak mau memberikannya, bahkan ia mengakui bahwa bayi itu anaknya. Sebaliknya, ia malahan menuduh ibu muda itu mau mencuri anaknya.
Kedua wanita itu bertengkar, memperebutkan bayi mungil itu. Akhirnya mereka sampai di Gedung Pertemuan, dimana Pertapa Mahaushada berada, beliau adalah pertapa yang adil dan bijaksana. Kedua wanita itu lalu menghadap kepada pertapa tersebut, dan menceritakan apa yang telah terjadi.
Sesudah mendengar cerita keduanya, pertapa itu bertanya :
“Apakah kalian berdua akan dapat menerima keputusan saya?”
Mereka menjawab : “Ya, tuanku.”
Pertapa itu lalu membuat sebuah garis lurus di tengah ruangan. Ia lalu membaringkan bayi itu di tengah-tengah garis tersebut. Ia lalu meminta kedua wanita itu berdiri, yang satu di kepala si bayi dan lainnya di kaki si bayi. Kemudian ia meminta kedua wanita itu mengangkat bayi tersebut, wanita itu memegang kaki si bayi, dan ibu muda itu diminta untuk memegang lengan bayinya.
Setelah kedua-duanya sudah memegang lengan dan kaki bayi tersebut, pertapa meminta mereka untuk saling menarik lengan dan kaki bayi tersebut. Dengan segera bayi itu menangis kesakitan. Ibu muda itu segera berhenti menarik dan melepaskan bayinya, ia menangis tersedu-sedu.
Pertapa Mahaushada berbalik ke kerumunan orang yang ada di ruangan gedung itu dan bertanya : “Apakah kasih seorang ibu adalah kasih yang penuh dengan kelembutan terhadap anaknya ataukah ada kasih yang lain?”
Mereka menjawab :
“Tentu saja, kasih seorang ibu, adalah kasih yang penuh dengan kelembutan terhadap anaknya.”
Pertapa itu bertanya lagi :
“Kemudian, siapakah ibu yang sejati; wanita yang melepaskannya ataukah yang menariknya dengan kencang?”
Orang-orang itu menjawab :
“Ibu sejati adalah wanita yang melepaskan anaknya, karena ia tidak ingin menyakitinya.”
Segera saja ibu yang sejati itu mengambil anaknya dari wanita itu, lalu menciuminya dengan penuh kasih. Setelah berterima kasih kepada pertapa yang bijaksana dan kepada orang-orang yang ada di ruangan itu, kemudian ia pergi. Wanita yang mengambil bayi itu merasa malu dan menyadari perbuatannya yang buruk. Ia amat menyesal.
Cerita ini menjelaskan tentang kebenaran yang abadi, bahwa seorang ibu tidak akan pernah menginginkan anaknya menderita sedikitpun.
Di sini, ibu muda itu tidak ingin melukai anaknya meskipun ia menghadapi kenyataan, bahwa anaknya akan dapat diambil oleh wanita lain.
Kasih seorang ibu adalah kasih sayang yang suci dan murni, ia selalu menginginkan anaknya berbahagia.
Read more ...

Kesetian Seorang Ibu



Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia memunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya.
Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu memunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahakannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya. Selain aib yang harus ditanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemoohan, karena telah melahirkan seorang bayi haram tanpa bapa.

Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love -- Kasih. Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan.
Terkadang ia harus menjahit sampai pukul 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu dan Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restoran. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya. Di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.
Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.
Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luar sangat dingin sekali, karena pada saat itu sedang musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupi. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca di luar dingin sekali, bahkan dalam keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja.
Sejak saat itu ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dalam keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.
Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya di luar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih memunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan memunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restoran. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidak diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah memunyai seorang cucu.
Ia sangat mendambakan untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya. Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja di sana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai bibi pembantu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa permohonannya telah dikabulkan.
Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dalam kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.
Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya di rumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo. Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pensiun yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.
Pada tahun lampau beberapa hari sebelum Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.
Suhu di luar telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salju pun turun dengan lebatnya. Jangankan manusia, anjing pun pada saat ini tidak mau ke luar rumah lagi, karena di luar sangat dingin, tetapi nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dalam keadaan sakit.
Setiba di rumah putrinya dalam keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata putrinya sendiri yang membukakan pintu rumah. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: "Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!"
"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luar dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi, Nak!" kata wanita tua itu. "Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucap putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis. Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihan pun tidak ada.
Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelepon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!" Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.
Ibu saya tidak melek komputer, bahkan beliau seorang wanita yang buta aksara, tetapi untuk Mang Ucup pribadi beliau adalah wanita yang paling hebat, di mana sampai dengan detik ini Mang Ucup masih bisa belajar dari padanya. Belajar memberikan dan membagikan kasih tanpa pamrih dan tanpa lagas. Ibunya Mang Ucup menderita sakit kanker, tetapi ia tidak pernah mengeluh. Tiap kali saya menelpon Ibu, pertanyaan standar selalu diajukan kepada saya: "Apa yang Ibu bisa bantu untukmu, Nak?" Ia tidak memohon untuk dirinya sendiri dalam doanya, yang ia utamakan selalu hanyalah kami anak-anaknya! Ia selalu mendoakan kami siang dan malam.
Maka dari itulah untuk Mang Ucup, Ibu saya adalah wanita yang tercantik sejagat raya, melebihi daripada Michael Preifer walaupun ia barusan saja terpilih oleh majalah People sebagai wanita tercantik sedunia tahun 1999. Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga.
Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dalam setahun.
Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu. Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah.
Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.
"When Mother prayed, she found sweet rest, When Mother prayed, her soul was blest; Her heart and mind on Christ were stayed, And God was there when Mother prayed!"
"Our thanks, O God, for mothers Who show, by word and deed, Commitment to Thy will and plan And Thy commandments heed."
"A thousand men may build a city, but it takes a mother to make a home."
Apabila Anda mengasihi Ibunda Anda sebarkanlah tulisan ini kepada rekan-rekan lainnya, agar mereka juga sadar selama Ibunda mereka masih hidup berikanlah bakti kasih Anda kepada Ibunda terkasih sebelumnya terlambat.
Read more ...

Kasih Sayang Seorang Ibu




Seorang anak mencari Ibunya
dan menemukan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur...

Kemudian dia mengulurkan tangannya
dan memberikan sehelai kertas yang sudah ia
siapkan sehari sebelumnya...

Sang Ibupun segera membersihkan kedua tangannya
lalu menerima kertas yang diulurkan oleh
anaknya dan membacanya...

OngKos bantuin MAMA:
1) Bantu pergi ke warung : Rp.20.000,
2) Jagain ade : Rp.20.000,
3) Buang sampah : Rp.5.000,
4) Beresin tempat tidur : Rp.10.000,
5) Nyiram bunga : Rp.15.000,00
6) Nyapu halaman : Rp.15.000,
TotaL : Rp 85.000,
Selesai

membaca kertas tersebut...
Sang Ibu hanya tersenyum memandang anaknya...
Si Anakpun tersenyum penuh kemenangan...
Lalu Sang Ibu mengambil sebuah pena
dan menulis sesuatu dibelakang kertas yang tadi di berikan si anak..

1) OngKos mengandungmu selama 9 bulan - GRATIS.
2) OngKos menyusuimu duhai anakku -GRATIS
3) OngKos berjaga malam karena menjagamu - GRATIS
4) OngKos air mata yang menetes karenamu - GRATIS
5) OngKos khawatir krn memikirkan keadaanmu - GRATIS
6) OngKos menyediakan makan, minum, pakaian dan keperluanmu - GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku untukmu : GRATIS...!!!

Air mata si Anakpun berlinang setelah membaca tulisan ibunya...
Si Anak menatap wajah Ibunya, langsung memeluknya dengan erat
dan berbisik sambil terisak di dekat telinga Ibunya,
"Aku sayang sama MAMA...udah gak ada lagi yang perlu di bayar sama MAMA...
udah lunas semuanya...
BUKAN MAMA YANG HUTANG SAMA AKU,
TAPI AKU YANG UTANG SAMA
MAMA..."

cerita pendek di atas membuktikan betapa tulusnya kasih sayang ibu terhadap kita yang menjadi anaknya.
kita sering minta upah di saat kita di suruh ma nyokap kita, tapi beliau (ibu) tidak pernah sekalipun meminta upah atau balasan karena udah melahirkan dan merawat kita selama ini.
semoga artikel ini dapat membantu kita menyadari betapa baik dan tulusnya ibu terhadap kita
Read more ...

Ibu, Maafkan Aku…!!!


Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya
Suaminya sudah lama meninggal karena sakit
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.
Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi
Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi
Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”
Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya
Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap
Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung
pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari
di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi
Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”
Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan
Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman
Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan
Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya
Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba
Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang
Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada
Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat
Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah
Tahukah anda apa yang terjadi?
Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah
dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi,
dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng
Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata
Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan
Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya
Read more ...

Kisah Seorang Ibu dan Anak



Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya, ia adalah sebuah hal yang memalukan. Ibuku menjalankan sebuah toko kecil pada sebuah pasar.
Dia mengumpulkan barang-barang bekas dan sejenisnya untuk dijual, apapun untuk mendapatkan uang yang kami butuhkan. Ia adalah sebuah hal yang memalukan.
Pada suatu hari di sekolah. Aku ingat saat itu hari ketika ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia melakukan hal ini kepadaku? Aku melemparkan muka dengan rasa benci dan berlari. Keesokan harinya di sekolah.. “Ibumu hanya memiliki satu mata?” dan mereka semua mengejekku.
Aku berharap ibuku hilang dari dunia ini maka aku berkata kepada ibu aku,”Ibu, kenapa kamu tidak memiliki mata lainnya? Ibu hanya akan menjadi bahan tertawaan. Kenapa Ibu tidak mati saja?” Ibu tidak menjawab. Aku merasa sedikit buruk, tetapi pada waktu yang sama, rasanya sangat baik bahwa aku telah mengatakan apa yang telah ingin aku katakan selama ini.
Mungkin itu karena ibu tidak menghukum aku, tetapi aku tidak berpikir bahwa aku telah sangat melukai perasaannya.
Malam itu, Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku menangis disana, dengan pelan, seakan ia takut bahwa ia akan membangunkanku. Aku melihatnya, dan pergi. Karena perkataanku sebelumnya kepadanya, ada sesuatu yang mencubit hati aku.

Meskipun begitu, Aku membenci ibuku yang menangis dari satu matanya. Jadi, Aku mengatakan diri ku jikalau aku akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, karena aku membenci ibu bermata-satu aku dan kemiskinan kami.
Lalu aku belajar dengan keras. aku meninggalkan ibu dan ke Seoul untuk belajar, dan diterima di Universitas Seoul dengan segala kepercayaan diri. Lalu, aku menikah. aku membeli rumah milikku sendiri. Lalu aku memiliki anak-anak juga. Sekarang, aku hidup bahagia sebagai seorang pria yang sukses. aku menyukainya disini karena ini adalah tempat yang tidak meningatkan aku akan ibu.
Kebahagiaan ini menjadi besar dan semakin besar, ketika seseorang tidak terduga menjumpai aku “Apa?! Siapa ini?”… Ini adalah ibu aku.. tetap dengan satu matanya. Ini rasanya seperti seluruh langit sedang jatuh ke diri aku. Anak perempuan aku lari kabur, takut akan mata ibu aku.
Dan aku bertanya kepadanya, “Siapa Anda? aku tidak mengenalmu!!” sandiwara aku. aku berteriak kepadanya “Mengapa engkau berani datang ke rumah aku dan menakuti anak aku! Pergi dari sini sekarang juga!”
Dan ibu dengan pelan menjawab, “Oh, maafkan aku. aku pasti salah alamat,” dan dia menghilang. Terima kasih Tuhan.. Ia tidak mengenali aku. aku merasa cukup lega. aku mengatakan kepada diri aku bahwa aku tidak akan peduli, atau berpikir tentang ini sepanjang sisa hidup aku.
Lalu ada perasaan lega datang kepada aku.. Suatu hari, sebuah surat mengenai reuni sekolah datang ke rumah aku. aku berbohong kepada istri aku mengatakan bahwa aku akan pergi perjalanan bisnis. Setelah reuni ini, aku pergi ke rumah lama aku.. karena rasa penasaran saja, aku menemukan ibu aku terjatuh di tanah yang dingin. Tetapi aku tidak meneteskan satu air mata sekalipun. Ia memiliki sepotong kertas di tangannya.. dan itu adalah surat untuk diri aku.
=================================================
Anakku,
Aku pikir hidupku sudah cukup lama saat ini. Dan.. aku tidak akan mengunjungi Seoul lagi.. tetapi apakah itu terlau banyak jikalau aku ingin kamu untuk datang menunjungiku sekali-kali nak? aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat lega ketika mendengar kamu akan datang dalam reuni ini.
Tetapi aku memutuskan untuk tidak datang ke sekolah.. Untuk Kamu.. aku meminta maaf jikalau aku hanya memiliki satu mata dan aku hanya membawa kemaluan bagi dirimu.
Kamu tahu, ketika kamu masih sangat kecil, kamu terkena sebuah kecelakaan, dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak tahan melihatmu harus tumbuh dengan hanya satu mata.. maka aku memberikanmu mata aku.. aku sangat bangga kepada anak aku yang melihat dunia yang baru untuk aku, menggantikan aku, dengan mata itu.
Aku tidak pernah marah kepadamu atas apapun yang kamu lakukan. Beberapa kali ketika kamu marah kepada aku. aku berpikir sendiri,”Ini karena kamu mencintai aku.” Aku rindu waktu ketika kamu masih sangat kecil dan berada di sekitarku.
Aku sangat merindukanmu. Aku mencintaimu. Kamu adalah duniaku.
Read more ...